05 Juli 2008

Adakah Orang Lain Berdoa untuk Kita....

Siapakah / Adakah yang Akan Mendoakan Kita?

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di
RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . " kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah di sepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".

Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu" .

Tampa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka".

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"

Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, " Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan,tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".

Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !

Dengan setengah bergumam dia bertanya,"Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, " Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik.
Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah".

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,"Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi meninggal,karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00".

Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan.

"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. "

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. "

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain...
Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.

Terima kasih

Karena pahlawan sejati, bukan dilihat dari kekuatan phisiknya,tapi dari kekuatan hatinya.
Katakan ini dengan pelan, "Ya TUHAN saya mencintai-MU dan membutuhkan- MU, datang dan terangilah hati kami sekarang...! !!".
Selengkapnya.....

02 Juli 2008

Bos Pengemis Tinggal Nikmati Hidup

Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya. Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil gagah, dan empat rumah. Berikut kisah hidupnya.

---

Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ''karir''-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.

Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.

Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.

Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.

Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004.

***

Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian ini di tempat yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik.

Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti ''orang mampu''. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.

Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ''Yang penting halal,'' ujarnya mantap.

Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurtu dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI.

Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ''Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,' ' ungkapnya.

Karena mengemis di Bangkalan kurang ''menjanjikan' ', awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.

Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, ''bakat'' Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat.

Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ''Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang,'' ungkapnya bangga.

Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas. Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ''Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red),'' tegasnya.

Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ''Kami berpencar kalau mengemis,'' jelasnya.

Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.

***

Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai ''ilmu'' dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya.

Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ''Pokoknya sudah enak,'' katanya.

Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ''Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,'' kenangnya.

Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah.

Cerita tentang ''keberhasilan' ' Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ''Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja,'' ujarnya enteng.

Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ''Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,'' tegasnya.

Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur.

Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ''pos khusus'', Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan.

Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri.

Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan. ..

***

Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari.

Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.

Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ''Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,'' ucapnya.

Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ''Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,'' katanya.

Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ''Saya ingin naik haji,'' ungkapnya. Bila segalanya lancar, Cak To akan mewujudkan itu pada 2010 nanti... (ded/aza) Sumber ; jawapos
Selengkapnya.....

30 Juni 2008

Sebelum Kamu Mengeluh ....

Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,

Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu...

Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Hari ini Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa...

Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Hari ini Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk...

Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.

Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu...

Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup...

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu...

Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat

Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu.

Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya tidak bisa

Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,

Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan dan tidak punya rumah

Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah berkendara..

Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu. ..

Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda...

Hari ini Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,

Kita semua menjawab kepada Tuhan...

Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,

Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup
Selengkapnya.....

02 Juni 2008

MENDAMPINGI YANG AKAN MATI/DIPANGGIL TUHAN dan YANG DITINGGALKAN

"Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mrk15:34), demikian seruan nyaring Yesus ketika akan wafat. Yesus adalah Tuhan dan ketika akan wafat Ia ditinggalkan oleh sahabat-sahabatNya, para rasul, yang selama kurang lebih tiga tahun menyertaiNya. Ketika Yesus ditangkap oleh musuh-musuhNya dan kemudian digiring ke puncak Golgota untuk disalibkan para sahabatNya meninggalkan Dia, bersembunyi ketakutan dan Yesus sendirian saja menghadapi derita dan kematian, akhir hidupNya sebagai manusia di dunia ini. Maka kiranya wajar sebagai manusia ketika berada di puncak penderitaan serta menjelang wafatNya Ia merasa ditinggalkan oleh semuanya. Memang menghadapi kematian atau menjelang dipanggil Tuhan pada umumnya orang gelisah dan takut dan dalam kegelisahan serta ketakutan dapat muncul dua kemungkinan sebagaimana dialami oleh dua penjahat yang disalibkan bersama Dia. Menjelang kematian penjahat yang satu marah-marah serta mengejek Yesus seperti yang dilakukan oleh musuh-musuhNya dengan berkata:"Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"(Luk23:39), dan penjahat yang lain dengan rendah hati dan lemah lembut penuh dengan penyerahan diri berkata :"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."(Luk23:42). Memberontak atau menyerahkan diri itulah kemungkinan sikap hati mereka yang akan dipanggil Tuhan, menjelang kematiannya. Sebagai orang beriman kiranya kita semua berharap, entah kita sendiri atau saudara kita, ketika akan dipanggil Tuhan bersikap lemah lembut dan rendah hati penuh penyerahan diri seperti penjahat yang bertobat : “Yesus, ingatlah akan aku, apabil Engkau datang sebagai Raja” . Agar dapat terjadi demikian tentu saja kita sendiri harus senantiasa siap-sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan dan kepada saudara kita yang akan dipanggil Tuhan kita dampingi dan temani, jangan ditinggalkan sendirian. Dan ketika yang bersangkutan telah dipanggil Tuhan pendampingan kemudian diarakan bagi mereka yang ditinggalkan.

Mendampingi yang akan mati/dipanggil Tuhan

Sebagaimana terjadi dalam diri atau dialami oleh Yesus, orang yang mau segera mati atau dipanggil Tuhan pada umumnya gelisah. Kegelisahan tersebut dapat begitu hebat sampai merepotkan mereka yang menunggui (dalam bahasa Jawa disebut ‘mecati’) , dimana gerakan kaki, tangan dan kepala kuat luar biasa melebihi ketika ia masih hidup sehat. Ketika yang menunggui atau menemani tak kuasa mengatur dan menguasai gerakannya yang luar biasa tersebut maka ketika yang bersangkutan telah mati atau menjadi jenazah masih merepotkan juga antara lain bagaimana mengatur kaki, tangan dan mulut agar yang bersangkutan nampak sedang tidur tenang. Sebaliknya ada orang yang mau mati kegelisahannya kurang begitu nampak dan yang demikian ini pada umumnya mudah didampingi juga; ketika yang bersangkutan telah mati atau menjadi jenazah mungkin nampak lebih cantik atau cakep daripada sebelumnya.

Mendampingi yang mau mati atau dipanggil Tuhan atau berpastoral bagi sesama yang berada di batas kehidupan memang cukup penting dan sering dilupakan. Berpastoral bagi atau mendampingi sesama yang berada di batas kehidupan rasanya harus penuh kegembiraan dan senyuman, tentu saja tidak dengan hura-hura melainkan dengan lemah lembut dan rendah hati. Jauhkan penampilan atau kehadiran diri yang nampak sedih dan murung. Mengapa mendampingi mereka yang berada di batas kehidupan harus gembira? Sebagai orang beriman kiranya kita percaya bahwa mati atau dipanggil Tuhan berarti dianugerahi kemurahan hati untuk mendiami rumah masa depan bersama Tuhan. Iman yang demikian ini perlu dibisikkan pada mereka yang berada di batas kehidupan atau segera dipanggil Tuhan.


“Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”(Rm14:8), demikian kesakian iman Paulus yang sekiranya juga menjadi iman kepercayaan kita. Hidup kita memang milik Tuhan karena kita diciptakan oleh Tuhan dan kita semua kiranya tidak menghendaki untuk hidup. Masing-masing dari kita diciptakan oleh Tuhan dengan bantuan dan kerjasama orangtua kita masing-masing. Semua kita dikandung dalam kehangatan dan kemesraan di rahim ibu, kemudian dilahirkan, disusui, diberi makan, dimandikan, ditidurkan, digendong, dididik dan diajar entah di rumah atau di sekolah, selesai belajar diberi pekerjaan dan digaji atau diberi imbal jasa, ditegor, dipuji, dimarahi, dihormati …dst… akhirnya mati alias dipanggil Tuhan. Kematian juga bukan menjadi kehendak atau kita keinginan kita melainkan kehendak atau anugerah Tuhan. Mati atau dipanggil Tuhan berarti dianugerahi hidup abadi yang dijanjikan, hidup mulia dan bahagia bersama Tuhan dalam keabadian di sorga. Keyakinan iman macam itu kiranya layak menjadi milik kita dan kita hayati serta kita sampaikan kepada sesama kita yang segera dipanggil Tuhan. Dengan demikian kepada sesama atau saudara kita yang dipanggil Tuhan kita ucapkan dengan penuh syukur: “Selamat jalan memasuki rumah idaman dan beristirahat bersama Tuhan”.

Mendampingi mereka/keluarga yang ditinggalkan

Mendampingi keluarga atau sanak-kerabat yang ditinggalkan juga sangat penting, entah pada saat-saat menjelang dan setelah kematian saudaranya. Pada saat-saat menjelang kematian saudaranya kiranya cara pendampingan tidak berbeda atau mirip dengan mendampingi mereka yang akan mati atau dipanggil oleh Tuhan. Mendampingi saudara/keluarga yang telah ditinggalkan, segera setelah kematian saudaranya juga sangat penting, antara lain bagaimana mengurus pemakaman saudaranya yang baru saja dipanggil Tuhan.

Menjelang kamatian saudara atau anggota keluarganya mungkin orang sudah mempersiapkan diri segala macam untuk upacara pemakaman, tetapi kiranya kebanyakan orang kurang siap karena kematian saudara atau anggotanya keluarganya datang dengan tiba-tiba atau selama mendampingi mereka yang sedang sakit tidak berharap yang bersangkutan segera dipanggil Tuhan. Di beberapa rumah sakit di Jakarta, sejauh saya dengar dari sana-sini, nampaknya yang lebih siap untuk upacara pemakaman dengan segala keperluannya antara lain para ‘pegawai’ atau ‘makelar’ rumah duka tertentu yang memang ditugaskan sebagai ‘petugas marketing’. Mereka ini sering ‘menempel’ pada anggota keluarga yang salah satu saudaranya atau anggota mendekati dipanggil Tuhan. Jika anggota keluarga tidak didampingi dalam rangka mempersiapkan upacara pemakaman, kiranya mereka akan menjadi ‘sasaran empuk’ dari para ‘petugas marketing’ ini. Mereka ini adalah ‘petugas’ dari rumah duka yang memang sungguh bersifat komersial di kota metropolitan Jakarta ini.

Bagaimana strategi marketing atau cara-cara mereka mencari ‘konsumen’ rumah duka? Ada rumor yang mengatakan bahwa ‘orang mati tidak dapat menawar’; memang kalau sudah mati menjadi mayat tidak dapat berbuat apa-apa. Rasanya yang tidak dapat atau tidak boleh menawar ini tidak hanya yang telah dipanggil Tuhan tetapi juga para anggota keluarga atau sanak-saudaranya. Rumor inilah kiranya yang menjadi ‘senjata’ para petugas marketing rumah duka. Pendampingan anggota keluarga dari yang telah dipanggil Tuhan ini perlu, jika tidak didampingi mereka dapat menjadi ‘korban’ dari sindikat penjualan peti jenazah dan mereka yang beemental cari kesempatan dalam kesempitan (dalam bahasa Jawa : “nulung menthung’ = menolong dengan memukul).

Info dari sana-sini dan juga dari ‘konsumen’ beberapa rumah duka, antara lain dapat saya gambarkan bagaimana para ‘petugas marketing’ rumah duka tersebut beraksi serta jeratan dari rumah duka terhadap keluarga dimana salah satu anggotanya disemayamkan di rumah duka tersebut:

A. . Jika salah satu anggota keluarga anda dipanggil Tuhan, entah suami, isteri atau anak, kiranya pada saat setelah anggota keluarga anda dipanggil Tuhan anda pasti dalam kondisi sedih, murung dan bingung. Dalam kondisi demikian ada orang yang datang untuk menawarkan ‘jasa baik’, yaitu ingin menolong upacara pemakaman sebaik mungkin. Pertama-tama mereka akan mengucapkan simpati ikut berduka cita, kemudian bertanya apakah sudah ada yang mengurus upacara pemakaman dan jika belum ada yang mengurus maka mereka siap sedia untuk menolongnya. Tawaran yang simpatik tersebut pasti akan ‘menaklukkan’ anda yang sedang berduka karena kematian saudara anda, dan dengan penuh kepercayaan tanpa pikir panjang (yang tidak mungkin dilakukan) anda segera menerima tawaran tersebut. Para ‘petugas marketing’ akan menawarkan kepada anda sesuatu yang nampak simpatik, antara lain/misalnya: harga peti Rp.15.000.000 atau Rp.20.000.000 dilengkapi dengan ‘hadiah’ gratis mobil jenasah sampai selesai upacara pemakaman dst.. Hendaknya saudara-saudari sekalian memahami ini: mereka telah menaikkan harga peti berlipat ganda , jika tidak percaya kepada anda yang tinggal di Jakarta silahkan dicek atau bandingkan harga peti di rumah duka dengan melihat data yang ada di rumah duka St.Carolus Jakarta. Saya pernah mendengar peti di rumah duka St.Carolus Jakarta dihargai Rp.8.000.000,- ternyata di rumah duka lain dihargai lebih dari Rp.15.000.000,-. Perihal harga peti ini ada info yang menarik:

Sebut saja namanya Parta (samaran). Anggota keluarga Parta dipanggil Tuhan dan atas inisiatif beberapa orang jenasah di rumah duka “Yudas” (samaran). Salah satu anggota keluarga Parta setelah mendengar harga peti di rumah duka “Yudas” tersebut dirasa terlalu mahal, maka ia minta kepada rumah duka yang bersangkutan untuk membawa peti sendiri alias membeli peti dari luar rumah duka tersebut yang lebih murah (maklum rumah duka “Yudas” hanya menawarkan peti yang berharga tinggi). Ketika ia menyampaikan permohonan tersebut memperoleh jawaban dari petugas rumah duka “Yudas” yang cukup menyakitkan hati :” Maaf Pak, apakah bapak jika masuk ke rumah makan atau restoran juga membawa makanan sendiri?“. Dengan kecewa keluarga Parta mendengar jawaban tersebut dan harus membayar peti yang mahal harganya.

Pastor “Petrus’ (samaran) dirawat di RS St.Carolus – Jakarta dan ketika dipanggil Tuhan segala macam kebutuhan pemakaman dilayani oleh rumah duka St.Carolus juga, dengan kata lain jenasahnya dimakamkan di rumah duka St.Carolus. Peti jenazah disediakan oleh rumah duka St.Carolus. Ketika jenazah pastor Petrus pada malam harinya disemayamkan di gereja tempat pastor tersebut berkarya, beberapa umat rasan-rasan atau ngrumpi: “Wah peti pastor Petrus bagus, pasti mahal harganya, paling tidak Rp.15.000.000,-“. Mendengar hal ini salah seorang dari mereka, yang tahu atau kenal rumah duka St.Carolus berkata: “Ah tidak semahal itu, jika tidak percaya nanti lihat saja kwitansinya!”. Dan memang setelah dicek di kwitansi harga peti tidak Rp.15.000.000,- melainkan Rp.8.000.000,-

Selain harga peti juga ada info menarik, yaitu perihal ‘karangan bunga’ sebagai partisipasi ungkapan dukacita. Ada rumah duka yang menolak pengiriman ‘karangan bunga’ dari luar rumah duka yang bersangkutan, dengan kata lain jika hendak mengirimkan ‘karangan bunga’ hendaknya pesan pada rumah duka yang bersangkutan, di mana jenazah disemayamkan. Katanya boleh mengirimkan ‘karangan bunga’ dari luar tetapi ada tambahan beaya administrasi yang tidak kecil jumlahnya. Dengan kata lain berbagai kebutuhan perlengkapan atau untuk memberi simpati bagi yang berduka harus diusahakan melalui rumah duka yang bersangkutan.

Bagaimana atau macam apa pelayanan yang dihaturkan dari rumah duka St.Carolus – Jakarta kepada mereka yang saudara atau anggota keluarganya meninggal dunia dan disemayamkan di rumah duka St.Carolus?

1) Pada prinsipnya rumah duka St.Carolus – Jakarta hanya menyediakan tempat alias ruangan, dan maklum ruangan tidak berudara dingin alias tidak pakai AC, agar murah dan dapat terjangkau oleh mereka yang miskin dan berkekurangan. Ada orang yang mengeluh perihal ini, katanya layat di rumah duka St.Carolus panas gerah dst.. Kepada mereka yang mengeluh macam itu hendaknya merenungkan pertanyaan ini :”Dimana di kampung atau kota tempat tinggal masing-masing ketika ada pelayatan maka para pelayat memperoleh tempat nikmat? Bukankah mereka duduk-duduk di jalanan atau dibawah tenda yang terasa panas juga?”. Ingatlah ketika Yesus wafat Dia berada di puncak bukit Golgota dan mereka yang datang melayat berada di ruang terbuka beratapkan langit yang luas!

2) Selain ruangan rumah duka St.Carolus juga menyediakan paket pelayanan yang ditawarkan alias dapat dipilih dan dipakai atau tidak, antara lain (data pelayanan saat ini)

a. Ruang + 40 kursi +lilin = Rp.280.000,- /hari/tanggal

Kapel + 80 kursi + lilin = Rp.530.000,-/hari/tanggal

b. Dekorasi ruang (dapat dicarikan oleh rumah duka dengan harga sesuai dengan pasar)

c. Mobil jenasah ke TPU/krematorium (DKI) : Rp. 350.000,-

d. Mobil jenasah ke TPU/krematorium (Depok, Bekasi, Tangerang) : Rp. 450.000,-

e. Mobil jenasah ke TPU Bogor dan Karawang : Rp. 550.000,-

f. Perawatan jenasah (perempuan) : Rp. 250.000,-

g. Perawatan jenasah (laki-laki) : Rp. 200.000,-

h. Pengawetan jenasah (di-formalin) : Rp. 550.000,-

i. Vooreider/pengawal polisi : Rp. 400.000,-

j. 2 vas meja, corsase 12 pc, bunga salib dendra, bunga tabur 3 krj: Rp. 635.000,-

k. Kartu ucapan buku tamu, aqua, tissue, kacang, piring, kunci kotak, spidol, white board, eau de cologne, kopi : Rp. 239.000,-

l. Administrasi : Rp. 55.000,-

m. PETI JENASAH (lihat gambar terlampir)

Aneka pelayanan yang ditawarkan ini juga dapat diusahakan sendiri oleh keluarga atau sanak –kerabat dari mereka yang meninggal dunia dan disemayamkan di rumah duka St.Carolus.

Rumah duka St.Carolus juga melayani alias dapat membantu mengusahakan angkutan seperti bus atau pesawat terbang bagi mereka yang menghendakinya

3) Catatan kecil namun sering meresahkan adalah masalah parkir. Rumah duka St.Carolus memang tidak memiliki tempat/lahan parkir yang memadai. Namun anda kiranya juga dapat memarkir kendaraan anda di lahan parkir rumah sakit St.Carolus, dan kemudian dari lahan parkir tersebut berjalan kaki ke rumah duka. Jalan kaki tidak jauh dan sehat, sekaligus berolahraga.


B. Selain pendampingan dalam hal duniawi atau aneka kebutuhan untuk upacara pemakaman kiranya juga perlu diusahakan pendampingan pastoral bagi keluarga atau saudara yang ditinggalkan atau pendampingan spiritual. Pendampingan ini mungkin dapat disampaikan secara informal artinya omong-omong biasa tetapi juga secara formal alias dalam atau melalui sambutan, kotbah dalam upacara atau ibadat. Sebagai umat Kristiani, yang percaya kepada Yesus Kristus, pertama-tama apa yang saya coba uraikan secara sederhana di atas, kutipan dari surat Roma, dapat disampaikan dan mungkin juga dapat ditambahkan renungan dari Warta Gembira ini: “Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yoh17:25-26)

Kutipan di atas adalah doa Yesus kepada Bapa di sorga bagi murid-muridNya, bagi kita semua. Doa tersebut kiranya juga menjadi doa dari mereka/saudara kita yang telah dipanggil Tuhan, yang telah hidup mulia bersama Yesus di sorga. Hidup bahagia mulia bersama Yesus di sorga terjadi bukan karena usaha, jerih payah atau keringat manusia, melainkan semata-mata merupakan anugerah Allah. Dari mana dasar iman kepercayaan ini? Mengenangkan atau mendoakan mereka yang telah meninggal hendaknya dikenangkan juga ketika Yesus wafat di puncak kayu salib. Bukankah ada dua penjahat yang disalibkan bersamaNya dan ada satu penjahat yang bertobat dengan mohon kepada Yesus : "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk23:42). Dan Yesuspun segera menanggapi dengan berkata kepadanya : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk23:43). Keduanya langsung dipanggil oleh Tuhan Allah, hidup bahagia mulia di sorga. Secara logis dan matematis kita dapat berkata: “Jika penjahat sebesar itu bertobat dan memperoleh kasih pengampunan dan kemurahan hati Allah, apalagi saudara kita yang tidak sejahat itu”. Dengan kata lain kita beriman bahwa saudara kita yang dipanggil Tuhan telah hidup bahagia mulia di sorga. Memang kita tidak tahu persis apa yang dikatakan oleh saudara kita ketika berhadapan secara pribadi dengan Tuhan yang memanggil , pada saat-saat terakhir hidupnya, tetapi sebagai orang beriman kita percaya saudara kita pasti berdoa dengan rendah hati dan penyerahan diri seperti penjahat tersebut : “Yesus, ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja”

Jika kita beriman bahwa saudara kita yang dipanggil Tuhan telah hidup mulia bersama Yesus di sorga, maka hemat saya kita tidak hanya mendoakan saudara kita tersebut sebaliknya sebenarnya saudara kita yang telah dipanggil Tuhan senantiasa mendoakan kita semua yang ditinggalkan. Doa saudara kita tersebut mirip atau meneladan doa Yesus sebagaimana saya kutipkan di atas. Maka saudara-saudari kita yang telah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia senantiasa berdoa bagi kita semua kurang lebih seperti ini:

“Bapa yang adil, orang yang bermental duniawi atau materialistis pasti tidak mengenal Engkau, sebagai Pencipta dan Penyelamat. Tetapi mereka tahu bahwa Engkau telah menciptakan aku untuk hadir di antara mereka, hidup bersama mereka dan berusaha melayani mereka. Aku dengan segala kelemahan dan kekuranganku telah berupaya untuk mengasihi mereka sebagaimana Kau ajarkan kepadaku dan Kau laksanakan padaku. Aku juga akan terus tetap mengasihi mereka dengan mendoakannya agar mereka juga mengetahui dan menghayati kasihMu. Aku tidak pernah meninggalkan mereka, karena kasihku kepada mereka tetap hidup dan mereka nikmati. Kami berharap semoga keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang telah kuhayati dan kuteruskan kepada mereka tidak hilang musnah tanpa bekas”.

Terhadap mereka yang telah meninggal dunia kita tidak pernah dipisahkan , melainkan semakin disatukan dan didekatkan, yaitu jika kita senantiasa berada dalam Tuhan, menjadi pelaksana-pelaksana kehendak Tuhan, antara lain hidup saling mengasihi sampai mati.

Jakarta, 28 November 2006
Rm. Ignatius Sumarya, SJ

disadur dari : kesaksian
Selengkapnya.....

01 Juni 2008

Syair Jayabaya: Menerka Kondisi Zaman

Syair Joyoboyo dalam tiga bahasa...

Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.
Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
One day there will be a cart without a horse.

Tanah Jawa kalungan wesi.
Tanah Jawa berkalung besi.
The island of Java will wear a necklace of iron.

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Perahu berlayar di ruang angkasa.
There will be a boat flying in the sky.

Kali ilang kedhunge.
Sungai kehilangan lubuk.
The river will loose its current.

Pasar ilang kumandhang.
Pasar kehilangan suara.
There will be markets without crowds.

Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.
Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat.
These are the signs that the Jayabaya era is coming.

Bumi saya suwe saya mengkeret.
Bumi semakin lama semakin mengerut.
The earth will shrink.

Sekilan bumi dipajeki.
Sejengkal tanah dikenai pajak.
Every inch of land will be taxed.

Jaran doyan mangan sambel.
Kuda suka makan sambal.
Horses will devour chili sauce.

Wong wadon nganggo pakeyan lanang.
Orang perempuan berpakaian lelaki.
Women will dress in men's clothes.

Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman.
Itu pertanda orang akan mengalami jaman berbolak-balik.
These are signs that the people is facing the era of turning upside down.

Akeh janji ora ditetepi.
Banyak janji tidak ditepati.
Many promises unkept.

Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe.
Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
Many break their oath.

Manungsa padha seneng nyalah.
Orang-orang saling lempar kesalahan.
People will tend to blame on each other.

Ora ngendahake hukum Allah.
Tak peduli akan hukum Allah.
They will ignore God's law.

Barang jahat diangkat-angkat.
Yang jahat dijunjung-junjung.
Evil things will be lifted up.

Barang suci dibenci.
Yang suci (justru) dibenci.
Holy things will be despised.

Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit.
Banyak orang hanya mementingkan uang.
Many people will become fixated on money.

Lali kamanungsan.
Lupa jati kemanusiaan.
Ignoring humanity.

Lali kabecikan.
Lupa hikmah kebaikan.
Forgetting kindness.

Lali sanak lali kadang.
Lupa sanak lupa saudara.
Abandoning their families.

Akeh bapa lali anak.
Banyak ayah lupa anak.
Fathers will abandon their children.

Akeh anak wani nglawan ibu.
Banyak anak berani melawan ibu.
Children will be disrespectful to their mothers.

Nantang bapa.
Menantang ayah.
And battle against their fathers.

Sedulur padha cidra.
Saudara dan saudara saling khianat.
Siblings will collide violently.

Kulawarga padha curiga.
Keluarga saling curiga.
Family members will be suspicious of each other.

Kanca dadi mungsuh.
Kawan menjadi lawan.
Friends become enemies.

Akeh manungsa lali asale.
Banyak orang lupa asal-usul.
People will forget their roots.

Ukuman Ratu ora adil.
Hukuman Raja tidak adil
The ruler's judgments will be unjust.

Akeh pangkat sing jahat lan ganjil.
Banyak pembesar jahat dan ganjil
There will be many peculiar and evil leaders.

Akeh kelakuan sing ganjil.
Banyak ulah-tabiat ganjil
Many will behave strangely.

Wong apik-apik padha kapencil.
Orang yang baik justru tersisih.
Good people will be isolated.

Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin.
Banyak orang kerja halal justru malu.
Many people will be too embarrassed to do the right things.

Luwih utama ngapusi.
Lebih mengutamakan menipu.
Choosing falsehood instead.

Wegah nyambut gawe.
Malas menunaikan kerja.
Many will be lazy to work.

Kepingin urip mewah.
Inginnya hidup mewah.
Seduced by luxury.

Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka.
Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
They will take the easy path of crime and deceit.

Wong bener thenger-thenger.
Si benar termangu-mangu.
The honest will be confused.

Wong salah bungah.
Si salah gembira ria.
The dishonest will be joyful.

Wong apik ditampik-tampik.
Si baik ditolak ditampik.
The good will be rejected.

Wong jahat munggah pangkat.
Si jahat naik pangkat.
The evil ones will rise to the top.

Wong agung kasinggung.
Yang mulia dilecehkan
Noble people will be abused.

Wong ala kapuja.
Yang jahat dipuji-puji.
Evil doers will be worshipped.

Wong wadon ilang kawirangane.
Perempuan hilang malu.
Women will become shameless.

Wong lanang ilang kaprawirane.
Laki-laki hilang perwira
Men will loose their courage.

Akeh wong wadon ora setya marang bojone.
Banyak perempuan ingkar pada suami.
Women will be unfaithful to their husbands.

Akeh ibu padha ngedol anake.
Banyak ibu menjual anak.
Mothers will sell their babies.

Akeh wong wadon ngedol awake.
Banyak perempuan menjual diri.
Women will engage in prostitution.

Akeh wong ijol bebojo.
Banyak orang tukar pasangan.
Couples will trade partners.

Wong wadon nunggang jaran.
Perempuan menunggang kuda.
Women will ride horses.

Wong lanang linggih plangki.
Laki-laki naik tandu.
Men will be carried in a stretcher.

Randha seuang loro.
Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
Two divorcees will be valued at 8,5 cents.

Prawan seaga lima.
Lima perawan lima picis.
A virgin will be valued at 10 cents.

Dhudha pincang laku sembilan uang.
Duda pincang laku sembilan uang.
A crippled widower will be valued at nine uang's

Akeh wong ngedol ngelmu.
Banyak orang berdagang ilmu.
Many will earn their living by trading their knowledge.

Akeh wong ngaku-aku.
Banyak orang mengaku diri.
Many will claims other's merits as their own.

Njabane putih njerone dhadhu.
Di luar putih di dalam jingga.
White outwardly but orange inwardly

Ngakune suci, nanging sucine palsu.
Mengaku suci, tapi palsu belaka.
They will proclaim their righteousness despite their sinful ways.

Akeh bujuk akeh lojo.
Banyak tipu banyak muslihat.
Many will use sly and dirty tricks.

Akeh udan salah mangsa.
Banyak hujan salah musim.
Rains will fall in the wrong season.

Akeh prawan tuwa.
Banyak perawan tua.
Many women will remain virgins into their old age.

Akeh randha nglairake anak.
Banyak janda melahirkan bayi.
Many divorcees will give birth.

Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne.
Banyak anak lahir mencari bapanya.
Newborns will search for their fathers.

Agama akeh sing nantang.
Agama banyak ditentang.
Religions will be attacked.

Prikamanungsan saya ilang.
Perikemanusiaan semakin hilang.
Humanitarianism will no longer have importance.

Omah suci dibenci.
Rumah suci dijauhi.
Holy temples will be hated.

Omah ala saya dipuja.
Rumah maksiat makin dipuja.
They will be more fond of praising evil places.

Wong wadon lacur ing ngendi-endi.
Di mana-mana perempuan lacur
Prostitution will be everywhere.

Akeh laknat.
Banyak kutuk
There will be many worthy of damnation.

Akeh pengkianat.
Banyak pengkhianat.
There will be many betrayals.

Anak mangan bapak.
Anak makan bapak.
Children will be against father.

Sedulur mangan sedulur.
Saudara makan saudara.
Siblings will be against siblings.

Kanca dadi mungsuh.
Kawan menjadi lawan.
Friends will become enemies.

Guru disatru.
Guru dimusuhi.
Guru is treated as an enemy.

Tangga padha curiga.
Tetangga saling curiga.
Neighbours will become suspicious of each other.

Kana-kene saya angkara murka.
Angkara murka semakin menjadi-jadi.
And ruthlessness will be everywhere.

Sing weruh kebubuhan.
Barangsiapa tahu terkena beban.
The eyewitness has to take the responsibility.

Sing ora weruh ketutuh.
Sedang yang tak tahu disalahkan.
The ones who know nothing will be prosecuted.

Besuk yen ana peperangan.
Kelak jika terjadi perang.
One day when there will armagedon.

Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
In the east, in the west, in the south, and in the north.

Akeh wong becik saya sengsara.
Banyak orang baik makin sengsara.
Good people will suffer more.

Wong jahat saya seneng.
Sedang yang jahat makin bahagia.
Bad people will be happier.

Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.
Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
When this happens, crow will be said heron.

Wong salah dianggep bener.
Orang salah dipandang benar.
The wrong person will be assumed to be honest.

Pengkhianat nikmat.
Pengkhianat nikmat.
Betrayers will live in the utmost of material comfort.

Durjana saya sempurna.
Durjana semakin sempurna.
The deceitful will decline even further.

Wong jahat munggah pangkat.
Orang jahat naik pangkat.
The evil persons will rise to the top.

Wong lugu kebelenggu.
Orang yang lugu dibelenggu.
The modest will be trapped.


Sebenernya penulis ingin sekali menginterpretasikan juga dengan bahasa penulis sendiri, tapi lebih baik dan lebih enak teman-teman menggambarkan sendiri apa makna dari semua tulisan joyoboyo diatas..

Tulisan diambil dari "someone" yang memberikan email ke penulis
Robin
Selengkapnya.....

Google
 







 
 

HOT NEWs
from
UK-UAJY BLOG COMMUNITY



Akan dilangsungkan pernikahan
Sdr. BENDOL dengan Sdri. ROSA
Tanggal 25 MAY 2008 di BOYOLALI
diharapkan doa restu dan kedatangan teman-teman