27 Mei 2008

MEMBANGUN GERAKAN HIDUP SEHAT SEJAHTERA

Laporan: Prof DR Haryono Suyono Kantor Menko Kesra, Departemen Kesehatan dan lembaga donor dari berbagai negara, akhir bulan Nopember menyelenggarakan Konperensi Nasional secara besar-besaran tentang pembangunan bidang kesehatan di Indonesia dalam kerangka besar mempercepat pencapaian sasaran-sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Konperensi yang sudah lama di tunggu-tunggu tersebut rencananya akan mengundang Gubernur, Bupati dan Walikota dari seluruh Indonesia. Akan diundang pula para pejabat penting dan tokoh-tokoh masyarakat dari pusat dan daerah yang diharapkan dapat menghasilkan komitmen nasional untuk menggerakkan upaya bersama membangun budaya hidup sehat dan sejahtera. Konperensi dimaksudkan pula untuk mengukuhkan komitmen pemerintah pusat dan daerah tentang pentingnya penanganan kesehatan rakyat sebagai modal pembangunan yang tidak ada habisnya.

Konperensi ini dirancang dengan tujuan untuk menunjukkan komitmen nyata dan berkesinambungan di antara para stakehorlders di tataran kebijaksanaan dan tehnis untuk memperbaiki kondisi kesehatan warga negara Indonesia dimaksudkan pula sebagai jawaban atas berbagai hal yang dianggap merisaukan di tanah air kita. Kasus flu burung, demam berdarah, dan berbagai penyakit rakyat lainnya, termasuk penyakit saluran pernafasan atas, masih juga menjadi sebab dari tingkat kematian yang tinggi bagi anak-anak dan remaja. Kondisi dan keselamatan ibu hamil dan melahirkan masih cukup rawan, sehingga kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia masih tetap berada pada tingkat tertinggi di wilayah ASEAN. Secara jujur Kantor Menko Kesra mensinyalir bahwa meskipun kemajuan telah dicapai dalam rangka memperbaiki hasil di sektor kesehatan, tetap dibutuhkan aksi sesegera mungkin untuk memastikan keberhasilan Indonesia dalam memperbaiki hasil yang dicapai sektor kesehatan tersebut bagi seluruh warga negara, terutama bagi penduduk miskin dan kelompok masyarakat yang paling rentan.

Konperensi yang secara seksama telah disiapkan itu sungguh merupakan sesuatu yang sudah lama sangat diharapkan masyarakat. Jajaran Departemen Kesehatan, yang aparatnya di daerah telah diserahkan secara penuh kepada pemerintah daerah perlu segera bebenah diri dan memberi dukungan yang kuat terhadap pemerintah daerah dalam mengelola dan melayani masyarakat untuk mampu secara mandiri membangun budaya hidup sehat dan sejahtera. Masyarakat sederhana di pedesaan, lebih dari segala-galanya perlu mendapat pembekalan secara luas tetapi sederhana tentang bagaimana pola hidup sehat itu tidak saja berguna untuk masa sekarang, tetapi pada saat nanti, masa mendatang, yaitu pada saat mereka sedang bekerja keras mencoba memotong rantai kemiskinan.

Rakyat memerlukan persiapan untuk anak dan cucunya. Mereka sadar, barangkali keberuntungan belum untuk dirinya. Mereka bisa saja terlambat atau kurang mendapat pertolongan. Namun mereka mengharapkan agar anak-anak dan cucunya tidak menderita sakit pada saat menempuh pelajaran di sekolahnya karena gizi buruk di masa balita, atau tidak harus membolos kerja pada saat giat-giatnya mencoba memotong rantai kemiskinan, atau tidak mampu menggotong tubuhnya pada masa lansia karena keropos tulang atau terkena penyakit yang disebabkan masa muda yang tidak sehat. Itu semua memerlukan persiapan yang matang, penerimaan pola hidup sehat sejak dini, masa batita, masa balita, bukan pertumbuhan tambal sulam pada saat yang sudah terlambat.

Pemberdayaan seperti inilah yang kiranya menjadi perhatian kita bersama. Konperensi Kesehatan secara nasional dengan mengundang Gubernur dan Bupati serta Walikota dari seluruh Indonesia harus menghasilkan dampak yang menguntungkan rakyat banyak. Menguntungkan karena masukan Presiden, Wakil Presiden, para Menteri dan informasi ilmiah dari para pakar yang diperoleh para Gubernur, Bupati dan Walikota tersebut dengan mudah diterjemahkan dalam program aksi yang dengan dukungan dana yang mencukupi segera mengalir deras ke gubuk-gubuk kumuh di kawasan kumuh di perkotaan, atau ke rumah-rumah sederhana di pedesaan. Rakyat penghuni yang tidak mampu mempelajari masalah kesehatan dari majalah mewah, atau radio dengan suara alunan musik merdu, dan tayangan gambar dengan wajah dokter yang simpati di TV, bisa memperoleh manfaat dari gerakan para bupati dan walikota dan seluruh aparatnya yang kembali dari Konperensi yang agung tersebut. Rakyat banyak dengan perasaan sejuk dan kepercayaan yang tinggi bisa melaksanakan hak-haknya untuk hidup sehat sebagai warga yang terhormat.

Ada phenomena yang menarik dalam bidang kesehatan. Pada tingkat awal rakyat banyak ingin mengembangkan partisipasi yang tinggi. Namun garapan yang dihadapi kadang bersifat kontroversial. Para tokoh kesehatan sering bicara dengan prioritas pada penyajian yang gegap gempita tentang penyakit yang mempunyai akibat fatal paling tinggi, seperti jantung, kanker, dan lainnya. Padahal penyakit-penyakit semacam itu jarang dikenal rakyat karena mereka sudah akan tidak tahan diserang penyakit biasa. Kita tahu bahwa penyakit-penyakit yang hebat itupun asal usulnya karena semasa muda anak-anak kita tidak cukup disiapkan untuk menghadapi penyakit yang seram itu di masa dewasa, di masa tua itu.

Kalau kita ingin mempergunakan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati secara global sebagai acuan, karena kita secara resmi ikut menanda tangani deklarasi itu di PBB, garapan prioritas yang harus dibaca bukan hanya tingkat kematian yang dihasilkan penyakit dengan resiko yang tinggi, tetapi dari banyaknya penderita penyakit, mungkin saja sederhana, yang disandang rakyat banyak. Penyakit yang disandang rakyat banyak itulah yang akhirnya akan mengantar bangsa ini pada masa-masa yang akan datang, yang akhirnya akan menghasilkan angka kematian yang meluas, tinggi, berkelanjutan, sehingga mengakibatkan usia harapan hidup yang rendah, kematian ibu hamil dan melahirkan yang tinggi, kematian anak dan remaja yang tinggi, serta keadaan gizi yang menyebabkan daya serap otak yang rendah.

Perhatian yang tinggi terhadap gangguan penyakit rakyat itulah yang menjadi penghalang rakyat banyak berkembang menjadi manusia kreatif dan mampu bekerja dengan kekuatan penuh serta kinerja yang tinggi. Akibatnya tingkat partisipasi dalam lapangan kerja dan tingkat produktifitas keluarga menjadi sangat rendah, anak-anak tidak mampu bersekolah, bahkan yang sempat bersekolah, tidak mampu menyerap pelajaran dengan baik karena gizi yang kurang, atau terpaksa tinggal dirumah menganggur dan mengganggu ketenteraman keluarga. Anak-anak yang menganggur itu terisolasi dan jauh dari upaya pemberdayaan. Keluarga seperti ini sekarang menerima dana kompensasi tanpa harus bekerja, sehingga kemiskinan yang diderita orang tuanya bukan dipotong, tetapi dilestarikan sebagai budaya bangsa yang “siap” menerima dana kompensasi, yang kalau tidak segera dirapikan, akan berlangsung sepanjang jaman.

Konperensi Kesehatan di tingkat nasional tidak boleh menggantikan Rapat Kerja Departemen Kesehatan dengan para Gubernur, Bupati dan Walikota, tetapi harus menjadi forum untuk membangun Gerakan Hidup Sehat dan Sejahtera yang memberi dukungan kepada rakyat banyak. Dukungan itu diutamakan pada tingkat pedesaan dan pedukuhan. Oleh karena itu akan sangat bijaksana apabila Konperensi itu sekaligus menjadi momentum yang penting untuk menghidupkan lembaga-lembaga pelayanan di tingkat pedesaan seperti pelayanan kesehatan mobil menjemput bola, pelayanan Posyandu, pelayanan dan penyediaan bidan di desa, dan pelayanan pendampingan oleh aparat di kabupaten, kota, kecamatan, pedesaan dan pedukuhan.

Lebih dari itu gerakan nasional itu merupakan pendukung yang sangat kuat untuk mengembangkan berbagai program pemberdayaan yang intinya menempatkan manusia, atau penduduk yang kurang beruntung, sebagai titik sentral pemberdayaan. Mereka tidak saja disiapkan menjadi sasaran pemberdayaan, tetapi secara bertahap mengambil peran positif dan aktif sebagai aktor yang mempunyai tanggung jawab memberdayakan penduduk lain yang belum berhasil mengangkat dirinya.

Pengembangan pelayanan dan gerakan mandiri dari penduduk di tingkat pedesaan harus menghasilkan kebersamaan gerak sehingga ada keterpaduan antara unsur-unsur pelayanan dan mereka yang dipenuhi kebutuhannya. Memadunya unsur pelayanan dan gerakan yang dinamis dari permintaan itu akan mampu menghasilkan keseimbangan yang menarik, sehingga masyarakat bisa menjadi partisipan yang dinamis dan sangat penting dalam keseluruhan proses. Masyarakat merasa ikut serta membangun budaya hidup sehat, budaya peduli anak bangsa, peduli sesamanya, sehingga dapat secara gotong royong membangun dan berbagi dengan sesamanya untuk berkembang menjadi anak bangsa yang siap membangun sejak dini, sehat dan kuat pada saat muda, serta sejahtera pada usia tua. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Pengamat Masalah Sosial Kemasyarakatan)-Gemari-MembangunHidupSehat-Nopember2005.)

Google
 







 
 

HOT NEWs
from
UK-UAJY BLOG COMMUNITY



Akan dilangsungkan pernikahan
Sdr. BENDOL dengan Sdri. ROSA
Tanggal 25 MAY 2008 di BOYOLALI
diharapkan doa restu dan kedatangan teman-teman